PENDAHULUAN
Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdi Manaf meninggalkan beberapa
orang putera. Diantaranya Abdullah (ayahanda Nabi Muhammad S.A.W), Abbas dan
Abu Talib. Akan tetapi yang mempunyai keturunan banyak hanyalah Abbas dan Abu
Thalib. Mereka berdua menurunkan keluarga besar yang tersebar seantero Daulat
Islam, dari ujung Barat Afrika-Utara sampai ke negeri-negeri Asia-Tengah.
Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum tahun gajah. Berarti lebih tua
tiga tahun dari Rasulullah. Ibunya bernama Nutailah binti Janab. Abbas seorang
pemuka Bani Hasyim dan seorang cendikia suku Quraisy. Ia sahabat karib Abu
Sufyan bin Harb. Dikala agama Islam mulai disiarkan Nabi, dia menjadi penolong
Nabi yang mukhlis. Ia dimuliakan dan dicintai Rasulullah s.a.w. dan
Khalifah-khalifah setelahnya. Ia wafat pada masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Abdullah bin Abbas adalah putera kedua dari Abbas. Ia lahir dua
tahun sebelum Hijrah. Ketika Nabi wafat umurnya baru tiga belas tahun. Ia
kekasih dan kesayangan Nabi. Di zaman Umar bin Khattab ia menjadi anggota dewan
penasehat Khalifah yang istimewa. Sekalipun ketika itu usianya masih amat muda,
tapi kerap kali Umar menanyakan hukum-hukum dan berbagai masalah kepadanya.
Dari keturunan Abdullah inilah lahir keluarga Abbasiyah, dan saudara-saudaranya
yang lain tidak mempunyai keturunan.
Ali bin Abdullah adalah salah satu putera Abdullah. Ia lahir
dimalam terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib. Untuk memperingati kematian itu
maka Abdullah memberi nama puteranya dengan Khalifah itu.
Muhammad bin Ali adalah sulung dari 20 putera laki-laki Muhammad
dan 11 putera wanitanya. Dia inilah ayahanda Ibrahim al-Imam, Abul Abbas
Assafah dan Abu Ja’far al-Manshur. Dan tiga putera Muhammad inilah yang menjadi
tulang-punggung Daulat Abbasiyah.
KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering
disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah
mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan.
Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah
lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani
Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat
mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah
Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak
kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi
kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah
dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran
terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani
Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka
dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak
masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal
memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani
Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan
bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah
Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka
bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan
pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia.
Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang
banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari
golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam
Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah
bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam
gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu
Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan
cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih
ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas
pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan
perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar
dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu
itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan
itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka
bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah
Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan
Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri
ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali
kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia
berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan
Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah
sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai
Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775
M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan
lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad
lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan
perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah,
misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang
harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem).
Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan
nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah
memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
A. PERKEMBANGAN ISLAM PERIODE KLASIK
PADA MASA KHALIFAH BANI ABBASYIAH
Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak tahun (132-656 H /
750-1258 M) perkembangan dari kemajuan sosial budaya yang terjadi pada masa
pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah :
1. KEMAJUAN DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA
Selama masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah (750-1258 M).
diantara perkembangannya adalah dalam bidang :
a. Seni Bangunan dan Arsitektur Masjid
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat islam yang merupkn
wakil menonjol dari Arsitektur islam. Masjid yang dirikan pada masa
pemerintahan Bani Abbas adalah bangunan masjid Samarra, di Bagdad.
Masjid Samarra adalah tiang-tiang yang di pasang beratap lengkung.
Tiang-tiang tersebut dibangun menggunakan batu bata.
b. Seni bangunan kota
Seni bangunan islam masih mempunyai cirri khas dan gaya
tersendiri, dalam pintu pilar, lengkung kubah, hiasan lebih bergantung
(muqarnas hat).
Pemerintah dinasti Abbasiyah adalah kota Bagdad, yang dibangun
oleh Abu ja’far al-Mansur (136-158 H/754-775). Tempat lokasi ditepi sungai
Eufrat (Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin
Artbab dan Amran bin Wadldlah, tenaga kerja yang dibutuhkan .
Istana khalifah al-Manshur dipusat kota bernama Qashru al-Dzahab
(istana keemasan)yang luasnya sekitar 160.000 Hasta persegi. Masjid Jami’
didepannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta persegi,” Istana dan Masjid
merupakan simbol kota.
Sekitar tahun 157 H, khalifah al-Mansur membangun istana baru
diluar kota yang diberi nama Istana ABADI (Qasbrul Khuldi) khalifah al-Mansur
membagi kota Bagdad menjadi empat daerah, yang masing-masing daerah dikepalai
oleh seorang naib amir (wakil gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak
mengurusi wilayah sendiri yaitu daerah otonom.
2. PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN BAHASA SASTRA
Perkembangan seni bahasa dan kemajuan, baik puisi maupun prosa
kemajuan yang cukup berarti. Salah satu perhatian besar bani Abbas dan juga
para ahli bagian Seniman. Berikut uraian singkatnya :
a. Perkembangan puisi
Berbeda dengan masa pemerintahan bani Umayah yang belum banyak.
Penyair pada masa pemerintahan bani Umayah, masih kental dalam
keaslian warna Arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas,
telah melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka telah mampu
mengombinasikannya dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi arab dari
tradisi Arab. Oleh karena itu wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan Bani
Abbas banyak bermunculan penyair terkenal. Diantara mereka adalah sebagai
berikut :
1) Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani
2) Abu’ At babiyat (130-211 H)
3) Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya adalah Habib bin Auwas
atb-Tba’i
4) Dabal al-kbuza’I (wafat 246 H) nama aslinya adalah Da’bal bin Ali
Razin dari Kbuza’ab. Penyair besar yang berwatak kritis.
5) Al-Babtury (206-285 H) nama aslinya adalah Abu Ubadab Walid al
Babtury al-Qubtbany atb-tba’i.
6) 6.Ibnu Rumy (221-283 H). nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas.
Penyair yang berani menciptakan tema-tema baru
7) Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin
Husin al-Kuft penyair istana yang haus hadiah, pemuja yang paling handal.
8) Al-Mu’arry (363-449 H) nama aslinya Abu A’la al-Mu’arry. Penyair
berbakat dan berpengetahuan luas.
b. Perkembangan prosa
Pada masa pemerintahan dinasti bani Abbasiyah telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra novel,
riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin
dari bahasa asing.
1) Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintis
diantaranya Kalilab wa Dimnab, kitab ini terjemahan dari bahasa sansekerta.
Karya seorang filosuf india bernama Baidaba dia menyalin menjadi bahasa arab.
2) Abdul Hamid al – katib. Ia dipandang sebagai pelopor seni
mengarang surat.
3) Al-Jabidb (wafat 255H). karyanya ini memiliki nilai sastra tinggi,
sehingga menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi para sastrawan kemudian.
4) Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). ia dikenal sebagai ilmuan dan
sastrawan yang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang
bahasa kesusastraan.
5) Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H) ia seorang penyair yang berbakat
yang memiliki kecendrungan kesajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam
tradisi sastra arab. Karya terkenalnya adalah al-Aqdul Farid, semacam
ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
3. PERKEMBANGAN SENI MUSIK
Pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara
atau seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Hal
ini terus berkembang pada masa Bani Umayah hingga Abbasiyah. Pada masa
pemerintahan dinasti bani Abasiyah, music islam mengalami kejayaan.
a. Penyusun Kitab Musik
Diantara para pengarang karya kitab music adalah sebagai berikut :
1) 1.Yunus bin Sulaiman (wafat tahun 765 M) Beliau adalah pengarang
teori music pertama dalam islam. Karya musiknya sangat bernilai, sehingga
banyak musikus eropa yang meniru.
2) 2.Kbalib bin Abmad (wafat tahun 791 M). beliau mengarang buku-buku
teori musik mengenai not dan irama. Dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
sekolah-sekolah tinggi musik diseluruh dunia.
3) 3.Ishak bin Ibrahim al-Mousuly (wafat tahun 850 M). ia telah
berhasil memperbaiki musik jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar
Raja Musik.
4) 4.Hunain bin Isbak (wafat tahun 873 M). Ia telah berhasil
menerjemahkan buku-buku teori musik karangan Plato dan Aristoteles.
5) 5.Al-Farbii selain sebagai seorang filosuf, ia juga dikenal
sebagai seniman dan ahli music. Karyanya banyak diterjemahkan kedalam bahasa
Eropa dan menjadi bahan rujukan bagi para seniman dan pemusik Eropa.
b. Pendidikan Musik.
Para khalifah dan pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian
yang sangat besar terhadap musik. Sekolah music yang paling baik adalah sekolah
music yang didirikan oleh Sa’aduddin Mukinin. Karyanya berjudul Syarafiya,
menjadi bahan rujukan dan dikagumi masyarakat music dunia barat.Latar
belakangnya penyebab maraknya lembaga pendidikan music bermunculan adalah
karena kemampuan bermain musik menjadi salah satu syarat untuk menjadi pegawai
atau untuk memperoleh pekerjaan dilembaga pemerintahan.
4. KEMAJUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, pendidikan dan pengajaran
mengalami kemajuan yang gemilang. Pada masa itu prioritas umat islam mampu membaca
dan menulis, pada masa ini pendidiakan dan pengajaran diselenggarakan
dirumah-rumah penduduk dan ditempat-tempat umum lainnya misalnya Muktab.
Menurut keterangan yang ada, terdapat sekitar 30.000 masjid yang
sebagian besar dipergunakan sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran tingkat
dasar, kurikulum pendidikan pendidikan pada tingkat dasar terdiri pelajaran
membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prionsip dasar matematika dan
pelajaran syair. Sedangkan pendidikan tingkat menengah terdiri dari pelajaran
taysir Al - Qur’an pembahasan kandungan Al - Qur’an, Sunah Nabi, Fiqih, dan
Ushul Fiqh, kajian ilmu kalam (teologi), ilmu Mntiq (retorika) dan kesustraan,
pada pelajaran tingkat tinggi mengadakan pengkajian dan penelitian mandiri
dibidang astronomi, geografi dunia, filsafat, geometri, musikdan kedokteran.
5. KEMAJUAN BANI ABBASIYAH DALAM ILMU PENGETAHUAN
Dinasti bani Abbasiyah yang berkuasa sekitar lima abad lebih,
merupakan salah satu dinasti islam yang sangat peduli didalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam. Bani Abbasiyah telah
menyiapkan segalanya, diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan
pusat riset d dan terjemah. Para ilmuan digaji sangat tinggi dan kebutuhan
hidupnya dijamin oleh Negara. Bahkan khalifah Bani Abbasiyah meminta siapa saja
termasuk para pejabat dan tentara untuk mencari naskah-naskah yang berisi ilmu
pengetahuan dan peradaban untuk dibeli dan diterjemahkan menjadi bahasa arab.
B. PERISTIWA – PERISTIWA PENTING DAN
TOKOH – TOKOH YANG BERPRESTASI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM PERIODE KLASIK
1. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial
a. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah
yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil
gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah
Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul
dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di
dalam masalah sosial ddan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang
memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan
arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah.
Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan
merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai
kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian.
Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah,
yaitu :
1) Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat
lainnya diambil dari kaum mawalli.
2) Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, ang menjadi pusat
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk
siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
3) Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting
dan sesuatu yang harus dikembangkan.
4) Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
b. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya
(Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan
yang sangat mencolok, yaitu :
1) Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan sosial
2) Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
3) Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
4) Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
2. Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik
agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan
peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung
dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa
Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam
a. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah,
upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa
yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa
DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan
kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah
Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada
awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi,
kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan
Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan
tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika
juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah
jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal
bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan
yangberfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun
ar-rasyid diganti nama menjadi Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang
berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia
dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan
secara lebih maju yaitu sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno yang didapat
dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur
perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan
Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study
dan riset astronomi dan matematika.
b. Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang
sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa
tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi,
Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
c. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah
terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria
dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian sepertigandum
dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini
diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak
dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas
yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat
penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di
Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara
keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
d. Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai
dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang,
terutama dua metode penafsiran, aitu tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan,
pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya
pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’,
shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui
adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang
fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama adalah Abu Hanifah
(w.150/767).meski diangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri
tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama
berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya
terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
3. Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat
pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun
Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir
segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah
Abbasyiah, yaitu
a. Faktor Internal
1) Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan
urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
2) b.Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
3) Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok
Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
4) Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi.
5) Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
6) Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
b. Faktor Eksternal
1) Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
2) Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya
kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
C. MENGAMBIL IBRAH DARI PERKEMBANGAN
ISLAM PADA MASA KHALIFAH BANI ABBASYIAH
Ibrah perkembangan kebudayaan pemerintahan bani Abbasiyah
Hikmah yang dapat diambil dari apa saja yang terjadi pada masa
Dinasti Abbasiyah untuk kemajuan ilmu agama bagi umat islam diantaranya sebagai
berikut:
1. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan ilmu-ilmu agama kita dapat
mengetahui dengan sebenar-benarnya ajaran yang disampaikan oleh Rosulullah saw
untuk umatnya.
a. Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat seharusnya kita dalam
melaksanakan segala sesuatu harus bersumber pada Al-qur'an dan Hadits. Semua
amalan yang tidak ada sumber hukumnya baik dari Al-qur'an, hadits ataupun Nash
harus kita tinggalkan demi kokohnya keimanan kita terhadap Allah. Menempatkan
Agama sebagai tolak ukur kebenaran dalam pemerintahan dan keadilan aturan
hukum.
b. Mempelajari sejarah bani Abbasiyah kita dapat mengetahui bahwa
dari Dinasti Abbasiyah terdapat Khalifah-kahlifah yang benar-benar berpedoman
pada Al-qur'an sehingga menuai kemakmuran dan mencapai puncak kejayaanya.
c. Pada masa Dinasti Abbasiyah yaitu pada masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz, agama diutamakan dalam menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena
itu kenajuan dan perdamaian serta barakah dapat terwujud.
d. Allah telah menjanjikan kepada umatnya agar selalu bertakwa. Oleh
karena itu, Allah akan menurunkan barakah dari langit yang tiada terkira.
Namun, kebanyakan manusia tidak mampu mewujudkan syukur kepada yang maha
pemberi kenikmatan.
D. MENELADANI TOKOH – TOKOH YANG
BERPRESTASI DALAM PERIODE KHALIFAH BANI ABBASYIAH
1. Bidang Astronomi
Ilmu Perbintangan/Astronomi juga mendapat perhatian serius dari
para ilmuan muslim ketika itu. Karena itu mereka terus melakukan kajian untuk
mengembangkan ilmu tersebut. Sementara itu, Habasyi al-Hasib al-Marwazi telah
melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij
Al-Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel
pertama mengkritik metode al-Khawarizmi, kedua menulis tentang al-Ziz
Al-Mumtahan, ketiga al-Zij As-Syah. Al Marwazi juga menulis beberapa karya
astromoni yang dikutip dalam Fihrist (indeks) karya al-Nadim.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Astronomi :
a. Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe
b. b.Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis.
c. Jabir Batany
d. d.Musa bin Syakir
e. Abu Ja’far Muhammad
2. Bidang Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa itu telah
didirikan apotik yang pertama didunia yaitu yaitu tempat menjual obat.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Kedokteran :
a. Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi
al-Tiib. Ia juga berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia.
b. Ibnu Masiwaihi
c. Ibnu Sahal
d. Ali bin Abbas
e. Al-Razi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran
anak.
3. Bidang Optika
Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal sebagai
orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang
dilihatnya. Menurut teorinya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
4. Bidang Kimia
Ilmu kimia yang termasuk salah satu ilmu pengetahuan ynag
dikembangkan oleh kaum muslimin. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala
dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari
kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Kimia :
a. Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi,
dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak
b. Ibn Baitar
5. Bidang Matematika
Diantara ilmu lain yang dikembangkan pada masa pemerintahan Bani
Abbas yaitu adalah ilmu hisab / Matemaika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan
dasar pemerintah untuk menenukan waktu yang tepat dalam setiap pembanunan.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Matematika :
a. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang
astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu al-Jabar.
b. Tsabit ibn Qurrah al-Hirany
c. Musa bin Syakir
6. Bidang Sejarah
Pada masa ini, kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau /
peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup nabi Muhammad SAW. Dalam
perkembangan pada ilmuan/sejarawan tidak menjadikan hadist berupa perkataan.
Perbuatan Nabi Muhammad SAW, dan menentukan suatu hukum, juga masalah logis /
rangkaian peristiwa.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Sejarah :
a. Al-Mas’udi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma’adin
al-Jawahir
b. Ibn Sa’ad
7. Bidang Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat islam pada masa
pemerintahan dinasti bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Penerjemah
tidak hanya melakukan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani,
Romawi, Persia, India, Syiria, saja, juga mencoba mentransfernya kedalam bentuk
pemikiran. Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi.
Tokoh-Tokoh Penting Didalam Perkembangan ilmu Filsafat islam
adalah :
a. Al – Kandi (185-260 H / 801 – 873 M)
Ia adalah filosuf muslim pertama yang berasal dari suku Kinbad. Ia
mengatakan antara filsafat dan dengan agama tidak ada pertentangan dan tidak
perlu dipertentangkan, karena keduanya sama-sama mencari kebenaran.
Dalam catatan M. M Syarif, al – Kindi memiliki karya sejumlah 270
buah, berupa tulisan yang mencakup pemikiran ilmu pengetahuan lain, seperti
filsafat, kedokteran, logika, ilmu hitung, music, astronomi, psikologi, politik
dan lain-lain.
b. 2.Abu Nasr al-Faraby
Ia merupakan salah seorang filosuf yang memiliki wawasan
pengetahuan cukup luas.
c. 3.Ibnu sina
Ibnu sina adalah salah seorang ilmuan dan filosuf muslim yang
gemar mencari ilmu pengetahuan. Diantara kedokteran, yang kemudian dituangkan
dalam bentuk karya yang sangat monumental yaitu al – Qanunfi al – Thibb
(ensiklopedia kedokteran) karya ini menjadi bahan rujukan para ilmuan dan
dokter dunia hingga abad ke 18 M. diantara pemikiran filsafat yang
dikembangkannya adalah filsafat jiwa, filsafat wahyu dan nabi, serta filsafat
wujud.
d. 4.Ibnu Bajjab (533 H / 1138 H)
Selain menguasai filsafat, Ibnu Bajjah juga menguasai tata bahasa
dan sastra arab.
e. 5.Ibnu Tbufail (581 H / 1186 H)
Ia adalah seorang ilmuan filosuf kenaman pada masa itu, selain
menguasai bidang filsafat ia ia juga menguasai ilmu pengetahuan, seperti
kedokteran, matematika dan sastra arab.
f.
6.Al – Ghazali (1059 – 1111 M)
Al – Ghazali dalam karya ini sebenarnya ia ingin mencari kebenaran
yang hakiki ia tidak mau percaya beitu saja dengan pemikiran orang lain dalam
bidang kalam dan juga dalam bidang Filosifis tidak menemukan, dan yang
dikatakannya telah Rancu.Ketika Al – Ghazali tidak menemukan argumen yang kuat
dalam kedua bidang tersebut, akhirnya melakukan pencarian diri mengenai hakikat
yang sebenarnya, semua itu ditemukan dalam bidang tasawuf.
g. 7.Ibnu Rusyd (520-595 H / 1126 – 1196 M)
Nama lengkapnya adalah Abu al Khalid Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Rusd, ia lahir di Cordova pada tahun 520 H / 1126 H, ia lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan keluarga tedidik, sehingga ia menjadi orang yang
terdidik pula. Diantra karyanya yang hingga kini masih dapat ditemukan adalah
Bidayah al – Mujtahid, yang bahasa ilmu hukum, dan kitab al – Kulliya, yang
membahas ilmu kedokteran. Selain itu ia juga banyak melakukan komentar terhadap
hasil karya pemikiran Aristoteles, sehingga ia dikenal sebagai seorang
komentator Aristoteles kenamaan, karena kritik dankomentarnya sangat
tajam.Kalau dibarat (Spanyol) Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator terhadap
pemikiran Aristoteles, didunia timur ia dikenal sebagai filosuf yang membela
pemikiran para Filosuf dari serangan Al – Ghazali. Karyanya dalam bidang ini
tertuang dalam Fashl al – Maqail fi ma Baina al – Hikmah wa al – Syar’iyyah min
al Ittishal
Dari karya mereka inilah kemudian bangsa-bangsa barat mencapai
masa kejayaan, karena mereka mulai terbuka pemikiran dan wawasanya semakin
bertambah dengan menerjemahkan karya umat islam kedalam bahasa Yunani (Eropa).
Dari situlah dikenal masa Aufklarung, Renesaince, yang melahirkan suatu zaman
industri yang disebut revolusi industry.
8. Bidang Tafsir
Metode ke-2 disebut tafsir Dirayah Tafsir bir al-Ra’yi atau bi
al-Aqli yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak
daripada hadis. Pada masa Bani Abbasiyyah ini ditandai degan munculnya kelompok
Mu’tazilah yang tidak terikat oleh Al-Hadis maupun perkataan sahabat atau aqwal
al-Sahahah
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Sejarah :
a. Ibn Jarir ath Tabary
b. Ibn Athiyah al-Andalusy
c. Abu Bakar Asam
d. Ibn Jaru al-Asady
9. Bidang Hadist
Pada abad ke-2 dalam pembukuan hadits yaitu pembukuan yang berdiri
sendiri terlepas dari sistematika fiqih dan tidak dimasukkan ke dalam aqwal
Al-Shahahah dan fatawa Al-Tabi’in.Tokoh yang terkenal di bidang ini adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughiroh bin Mardizah al-Bukhori.
Ia lahir di kota Bukhara pada tahun 194 H.
Sanad adalah orang yang mendengar atau menerima hadis dari
Rasulullah SAW, lalu menceritakannya kembali kepada orang lain. Matan adalah
isi atau kalimat dari sabda atau hadis Rasulullah SAW. Rawi adalah orang yang
meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Diantara guru hadis yang sempat didatangi adalah Ishak bin Rahwi
dan Ali Al-Mada’ini. Imam Al-Bukhori menghasilkan sebuah karya dlaam bidang
ilmu hadis yang sangat manual yaitu kitab Al-Shahih Al-Bukhori.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Hadist :
a. Imam Bukhori
b. Imam Muslim
c. Ibn Majah
d. Baihaqi
e. At-Tirmizi
10. Bidang Kalam
Akulturasi budaya yang disebabkan oleh mengglobalnya islam sebagai
agama peradaban menimbulkan tantangan – tantangan baru bagi para ulama.
Menurut A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena 2 faktor
a. Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat sepetihalnya
musuh memati senjata itu
b. Karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar dari
pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Kalam :
1) a.Al-Asy’ari
2) b.Imam Ghozali
3) c.Washil bin Atha
11. Bidang Geografi
Dalam tradisi islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan
astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah islam adalah al – Kalbi, yang
termasyur pada abad ke – 9M khususnya dalam studinya dikawasan Arab. Kemudian
pada masa Abad ke 10 M, al – Astakhri menerbitkan buku geografi negeri-negeri
islam dengan peta berwarna. Al-Biruni pada awal abad ke – 11 M melengkapi karya
al-Astakhri ini dengan menerbitkan buku geografi Rusia dan Eropa Utara.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Geografi :
a. Syarif Idrisy
b. Al-Mas’udi
12. Bidang Tasawuf
Berusaha mendekatkan diri pada Tuhan melalui jalan atau
tahapan-tahapan yang disebut maqam.
Tahapan atau maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah :
a. Zuhud adalah kehidupanyang telah terbebas dri mentari duniawi.
Tokoh yang masuk kategori ini adalah Sufyan As-Sauri (97-161 H/716-778 M), Abu
Hasyim (w. 190 H).
b. Muhabbah adalah rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah SWT.
Tokoh terkenal adalah Rabi’ah A-Adawiyah (w. 185 H/801 M)
c. Ma’rifat adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri
dan Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al –Misri lahir di Akhmim pada tahun 155-245 H
/ 772-860 M.
d. Fana dan baqa adalah suatu keadaan dimana seorang sufi belum dapat
menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum menghancurkan dirinya. Tokoh pertama
kali adalah Abu Yazid al-Bustami (w.874 M).
e. Ittihad dan hulul adalah fase dimana seorang sufi telah merasakan
dirinya bersatu dengan Tuhan. Tokohnya adalah Abu Yazid al-Bustami
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Tasawuf :
a. Shabuddin Sahrawardi
b. Al-Qusyairi
c. Al-Ghozali
13. Bidang Fiqih
Para Fuqaha yaitu ahli fiqih yang mampu menyusun kitab-kitab
fiqih. Penyusun kitab al-Musnad al-Imam al-‘itdham atau fiqih Al-Akbar (Imam
Malik) 97-179 H, Penyusun kitab Al-Muwatha’ (Imam Syafi’i) 150-204 H, penyusun
kitab al-Ilm dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid (Ibnu Hanbal) 780-855 M.
menyusun kitab Al-Musnad.
Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis dalam
mengambil hukum (istinbath al-hukm)
b. Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam
mengambil hokum (istinbath al-hukm). Tokoh dalam bidang ini adalah Imam Abu
Hanifah.
Adapun para Imam Mahzab fiqih empat yang dikenal hingga kini.
a. Imam Abu Hanifah (80 – 150 H / 699 – 767 M)
Nama lengkapnya adalah Nu’man bin Tsabit bin Zautby. Lahir di
Kufah pada tahun 80 H/699 M dikenal sebagai saudagar penjual pakaian di Kufah,
hidup diantara dua masa yaitu penghubung dinasti Bani Umayyah dan di awal Bani
Abbasiyah.
b. Imam Malik (93 – 179 H / 716 0 795)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir bin
Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Lahir di
Madinah pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik tahun 93 H/716 M, Wafat
pada masa Harun Al-Rasyid tahun 179 H/795 M. Terkenal dengan sebutan Imam
Dar-al-Hijrah.
c. Imam Syafi’i
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Hasyimi
al-Muthalibi bin Abbas bin Usman bin As-syafi’i. Lahir di Gaza palestina pada
tahun 150/767 M dan wafat di Mesir pada tahun 204 /820 M.
d. Imam Hanbali (164-241 H / 780-855 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah atau Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal. Lahir di Bagdad pada tahun 164 H/780 M. Ia dikenal sebagai penulis
kitab hadis yaitu Musnad Ahmad bin Hanbal yang memuat 40.000 hadis.