Demo Unira Diwarnai Adu Jotos

TLANAKAN-Aksi demonstrasi lanjutan yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Unira (AMU) diwarnai adu jotos kemarin (10/10). Adu Jotos ini terjadi antara dua kubu mahasiswa, yaitu antara sekelompok mahasiswa yang melakukan demo dengan sekelompok mahasiswa yang kontra demo. Dari pantauan Jawa Pos Radar Madura ada salah satu pedemo bernama Sofyan, 19, mengalami pendarahan di dahinya.
Hal ini membuat massa AMU marah dan akan menyerang sekelompok mahasiswa yang menurut Sofyan telah mengeroyoknya. Kejadian yang terjadi sekitar pukul 10.00 di halaman gedung rektorat ini menjadi gaduh. Sehingga memaksa para dosen dan mahasiswa lainnya mendekat untuk melerai dan menahan kedua kubu. Beruntung kedua kubu dapat didinginkan. Sehingga adu jotos tidak terjadi lagi.
Semula, AMU kembali mengadakan aksi terkait transparansi pelaksanaan orientasi peserta didik baru (ordik) yang dilakukan Unira 10-16 September lalu. Aksi kedua ini dilakukan setelah aksi pertama pada 25 September lalu tidak ditanggapi Pembantu Rektor (PR) 3. Aksi yang dimulai pukul 09.15 ini diawali dengan orasi di pintu masuk kampus Unira. Lalu, para pedemo
long march ke gedung rektorat sambil terus berorasi.
Ketika sampai di depan gedung rektorat, massa melihat PR 3 (Munif, Red) ada di ruang biro kemahasiswaan. Melihat PR 3, massa AMU langsung masuk ke ruangan. Ketika sampai di depan pintu tiba-tiba ada beberapa maha-siswa lain (sekitar 7-10 mahasiswa) yang notabene bukan kelompok pedemo menghalangi. Hal ini jelas membuat marah massa AMU.
Kemudian massa mempertanyakan apa maksud sekelompok maha-siswa tersebut. ”Apa maksud Anda menghalangi kami. Kami hanya ingin minta penjelasan PR 3 dan Kabiro Kemahasiswaan yang ada di dalam terkait pelaksanaan ordik kemarin. Anda sebagai mahasiswa jangan mau diper-alat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” kata Fery Hermawan, koordinator aksi AMU di depan sekelompok mahasiswa tersebut.
Namun, tanpa diketahui sebabnya atau siapa yang memulai, tiba-tiba terjadi keributan dan adu jotos di depan pintu masuk ruang biro kemahasiswaan. Saat itulah, tiba-tiba salah seorang pedemo (Sofyan, Red) mengalami pendarahan di dahinya. ”Saya tidak tahu, tiba-tiba terjadi keributan dan ada beberapa mahasiswa yang mengeroyok saya,” kata Sofyan, mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) kepada Jawa Pos Radar Madura.
Keadaan yang panas itu menjadi reda dan kondusif setelah PR 3 Munif dan Kabiro Kemahasiswaan Fajar keluar menemui pedemo. Kepada PR 3 dan Kabiro Kemahasiswaan, pedemo tetap seperti pada aksi pertamanya, yaitu mempertanyakan transaksi berbau bisnis dalam pelaksanaan ordik lalu. Menurut versi AMU, pada tahun ajaran baru kali ini (2012-2013, Red) Unira menerima 1.063 mahasiswa baru (maba).
Namun, yang ikut ordik hanya sekitar 500 orang. ”Kemana sisanya yang 563 orang. Apakah dia sakit semua secara bersa-maan. Tidak masuk akal,” kata Fery kepada PR 3. Fery juga menyatakan di hadapan PR 3 dan Kabiro Kemahasiswaan, jika sertifikat ordik yang dikeluarkan tetap sejumlah 1.063 lembar. Sehingga, semua maba, termasuk yang tidak ikut ordik, juga mendapatkan sertifikat tersebut.
Namun, PR 3 Munif membantah tudingan tersebut. Bahkan, PR 3 menantang AMU menunjukkan bukti-bukti tudingan tersebut. ”Anda dapat informasi dari mana tentang hal itu. Kalau memang ada buktinya silakan tunjukkan pada kami. Kami tidak pernah melakukan transaksi tersebut,” tepis Munif. Terkait adanya maba yang tidak ikut ordik, Munif mengakui.
”Memang ada yang tidak ikut ordik, tapi itu bagi maba yang sudah bekerja dengan menunjukkan surat keterangan dari atasannya. Beberapa maba yang memang sakit saat itu dengan menunjukkan surat keterangan dokter,” ucap Munif. Setelah dialog mendalam, akhirnya para pedemo dari AMU membubarkan diri dengan tertib. Sedangkan korban pemukulan saat demo, Sofyan, langsung dibawa rekannya untuk mendapatkan perawatan. (radar)

*pamekasan.info