Sebuah organisasi Hak Asasi Manusia yang berbasis di
Gaza mengatakan bahwa lebih dari 2.400 warga Palestina terlantar di dua sisi
perbatasan. Hal ini diakibatkan otoritas Mesir masih menutup perbatasan Rafah.
Organisasi tersebut mendesak otoritas Mesir untuk kembali membuka penyeberangan
perbatasan tersebut, sebagaimana dilansir Ma’an News.
Mesir telah menutup penyeberangan perbatasan Rafah
dengan Gaza dan memasuki hari ke lima, meskipun upaya pembicaraan yang
dilakukan oleh para pejabat Palestina agar Mesir membuka kembali terminal
tersebut.
Polisi Mesir menutup penyeberangan Rafah pada Jum’at
(17/5/2013) setelah kelompok pria bersenjata -yang belum diketahui
identitasnya- menyergap minibus di Wadi Al-Akhdar, semenanjung Sinai, dan
menahan tujuh anggota keamanan Mesir.
Polisi Mesir mengatakan bahwa mereka tidak akan
membuka kembali perbatasan Rafah hingga rekan-rekan mereka dibebaskan.
Para musafir (orang yang melakukan perjalanan)
mengatakan kepada Ma’an News pada Senin (20/5) bahwa mereka
menggunakan kardus dan koran untuk tidur di malam hari, dan untuk menghindari
panas di siang hari. Sebagian dari mereka tidur di masjid-masjid dan hanya
sedikit yang mampu menginap di hotel di Al-Arish.
Sejumlah lainnya bahkan mengambil resiko dengan
melewati terowongan bawah tanah untuk masuk ke Gaza.
Penyeberangan Rafah
adalah jalur vital bagi warga Palestina untuk keluar dan masuk Jalur Gaza sejak
blokade oleh penjajah Yahudi.source : http://www.arrahmah.com/