PROFIL PONDOK PESANTREN AL HAMIDIYAH SEN ASEN KONANG BANGKALAN MADURA


Pondok Pesantren AlHamidiyah terletak di Desa SenAsen Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan Madura, pelosok desa dengan sosial ekonomi masyarakatnya sangat lemah dan taraf pendidikannya tergolong rendah. Mata pencaharian penduduk sekitar pondok pesantren adalah bercocok tanam dengan sistem pertanian tadah hujan, dan sebagian ada yang berurbanisasi ke kota bahkan menjadi TKI ke luar negeri.

Berangkat dari faktor di atas diiringi oleh kemauan hati yang ikhlas KH.Zarkasy Abdul Hamid sebagai pengasuh pertama dan sekaligus perintis Pondok Pesantren AlHamidiyah bersama tokoh masyarakat setempat berusaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan, sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Negara Republik Indonesia yaitu untuk “membangun manusia seutuhnya”. Dan hal tersebut juga telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke tiga yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Kemudian pada tahun 1975 dengan modal swadaya masyarakatdidirikanlah sebuah surau (pondok kecil) yang pada awalnya hanya dijadikan tempat para santri yang berasal dari masyarakat sekitar untuk belajar alQurān dan belajar kitab kuning. Akan tetapi dengan antusiasnya masyarakat ditandai dengan banyaknya santri yeng berdatangan untuk belajar bukan hanya dari masyarakat sekitar tetapi juaga berasal dari luar daerah bahkan dari luar pulau seperti Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Sumatera dan Jawa dengan jumlah santri pada waktu itu + 80 0rang. Melihat banyaknya santri yang ingin belajar dan mayoritas menetap/tinggal di pondok pesantren, maka pengasuh berinisiatif untuk mendirikan Madrasah Diniyah Salāfīyah untuk dijadikan tempat belajar para santri dengan sistem klasikal.

Pada tahun 1979 gedung Madrasah Diniyah Salāfīyah AlHamidiyah sebagai madrasah pertama di Kecamatan Konang selesai dibangun. Hal tersebut menjadikan Pondok Pesantren Alhamidiyah semakin dikenal di wilayah Kecamatan Konang dan sekitarnya, walaupun berada jauh di pedalaman, jumlah santri mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga pada waktu itu jumlah santri + 500 orang putra dan putri.

Sepuluh tahun Pondok Pesantren AlHamidiyah berjalan dengan pola manajemen salafiyah murni yang hanya berorientasi pada pendidikan agama dengan mengadopsi model dan sistem pembelajaran Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Mata pelajaran umum seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sekarang menjadi PKn, pelajaran Matematika, pelajaran Bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib di madrasah mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai tingkat Tsanawiyah. Dan juga memberikan pelajaran tambahan tentang Ahlu alSunnah wa alJamāáh (aswaja) yang berisi tentang materi ke NUan. Sedangkan ijazah yang didapat oleh para santri ketika lulus adalah ijazah lokal yang dikeluarkan oleh pengasuh pondok pesantren dan belum diakui oleh pemerintah baik oleh Departemen Agama (Depag) maupun oleh Departemen Pendidikan Nasional (Diknas).

Berawal dari kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman, K.Abdullah Dahlawie Zarkasy (calon pengasuh kedua) bersama tokoh masyarakat, pengurus pesantren, dan wali santri mengadakan musyawarah untuk menformalkan lembaga madrasah yang ada untuk mengikuti program kurikulumm pemerintah bernaung dibawah Departemen Agama (Depag), sehingga harapannya para alumni santri Pondok Pesantren AlHamidiyah memiliki ijazah formal yang secara legal diakui oleh pemerintah. Dan hasilnya dilaporkan kepada KH. Zarkasy Abdul Hamid sebagai perintis dan beliau merestui.

Atas dukungan dari KH. Zainal Abidin, BA (tokoh muda dan aktifis NU Bangkalan, sekarang menjadi pengasuh PP.Assomadiyah Burneh Bangkalan), Bapak Jufri Agus, BA (pengawas pendidikan agama Islam kecamatan Konang, sekaligus mewakili Departemen Agama Kabupaten Bangkalan), H.Moh.Holil dan H.Moh.Sukri sebagai wakil dari tokoh masyarakat, maka Madrasah Diniyah Salafiyah AlHamidiyah resmi di untuk diformalkan menjadi lembaga madrasah yang mengikuti kurikulum pemerintah di bawah naungan Departemen Agama (Depag).

Pada tahun 1986 Departemen Agama Kabupaten Bangkalan mengeluarkan surat ijin operasional Madrasah Ibtidaiyah, dan tiga tahun kemudian madrasah ibtidaiyah AlHamidiyah diperbolehkan mengikuti Evaluasi Tahap Akhir Nasional (EBTANAS), karena sudah dianggap memenuhi syarat dengan bukti proses KBM sudah berjalan efektif mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, dan materi pembelajara sudah dianggap cukup kerena sudah mencakup dua aspek yaitu mata pelajaran Agama (alQurān Hadīs, Fiqih, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, dan SKI), juga mata pelajaran umum (PMP, Matematika, Bahasa Indonesia).

Setelah lulus dari madrasah Ibtiaiyah AlHamidiyah masih banyak para santri yang masih ingin belajar dan menimba ilmu di pondok pesantren kemudian calon pengasuh muda K.Abdullah dahlawie Zarkasy membuka lembaga atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai lanjutan dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tahun 1989, kemudian membuka Madrasah Aliyah (MA) pada tahun 1992. Setelah itu pada tahun 1996 dengan berawal dari 14 calon mahasiswa K.Abdullah Dahlawie berani membuka perguruan tinggi dengan nama “Ma’had Ali” kemudian menjadi STAI AlHamidiyah yang difilialkan ke sebuah lembaga perguruan tinggi swasta STIT Taruna Surabaya yang berada di Jl.Rungkut Mejoyo Surabaya. Kemudian dengan kegigihan beliau pada tahun 2003 STAIAlHamidiyah Bangkalan baru mendapatkan ijin operasional dari Depertemen Agama Jakarta melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertais) wilayah IV yang berada di Lingkungan IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sebuah perjalanan panjang (riĥlah alIlmiyah) yang sangat melelahkan dengan hasil yang cukup memuaskan untuk menbangun umat Islam kedepan menjadi khaira alUmmah.

Ămu alHusni (tahun kesedihan) menimpa Pondok Pesantren AlHamidiyah setelah pengasuh pertama KH. Zarkasy Abdul Hamid berpulang ke rahmatullah pada tahun 1997. Beliau adalah seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pernah menjadi panglima laskar Hisbullah wilayah Kalimantan Barat pada masa penjajahan Jepang, aktifis Pemuda Anshor bersama Bapak Hamzah Has (mantan Wakil Presiden RI mendampingi ibu Megawati Soekarno Putri).

Setelah itu sentral manajemen Pondok Pesantren AlHamidiyah berada di bawah pimpinan K.Abdullah Dahlawie Zarkasy sampai sekarang, dan beliau baru menunaikan ibadah haji pada tahun 1999. Di tangan beliaulah Pondok Pesantren Alhamidiyah mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari segi manajemen organisasi, manajemen administrasi, manajemen dan manajemen humas. Sehingga Pondok Pesantren AlHamidiyah dikenal sebagai pondok pesantren terpadu karena di dalamnya terdiri dari berbagai komponen lembaga mulai dari Dinīyah (pengajian kitab kuning, majlis alTa’līm, jamiyah qirāah dan tilāwah, diba’īyah dan muhādlarah serta pendidikan Dikdas Pontren tingkat ulā dan wustā) sampai pendidikan formal (mulai dari tingkat MI, MTs dan SMP, MA dan SMK serta Perguruan Tinngi STAI AlHamidiyah). Semua jenjang lembaga mulai dari pondok pesantren memakai nama AlHamidiyah karena dinisbatkan kepada sesepuh yaitu KH. Abdul Hamid ayahnya KH. Zarkasy yang apabila dilihat dari silsilahnya termasu keturunan yang ke 21 dari Sunan Gunung Jati (R.Syarif Hidayatullah).

Pondok Pesantren AlHamidiyah terletak di Desa Senasen Kecamatan Konang Kabupaten bangkalan berjarak 52 km kearah timur kota Bangkalan. Secara geografis Pondok Pesantren AlHamidiyah dapat dilihat sebagai berikut:

Sebelah barat: Desa Konang Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan

Sebelah utara:Desa Sambiyan Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan

Sebelah timur: Desa Campor Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan

Sebelah selatan: Desa Bates Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan.

Apabila melihat letak Kecamatan Konang yang berada di ujung timur Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan Desa Batorasang Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang danjarak dari Kabupaten Sampang 30 km lebih dekat dari pada Kabupaten Bangkalan sendiri.

Post a Comment

0 Comments